Lelah dengan kenihilan tindakan dari pemerintah, kaum Kristiani dan minoritas dari agama lain di seluruh Indonesia menyerang balik melawan kekerasan jalur keras Islam.
Selama berbulan-bulan, umat Kristiani di Bekasi diancam utuk tidak beribadah di lapangan tempat dimana gereja mereka yang sudah retak-retak berada. Mereka tiba dan menemukan kotoran manusia di lahan itu dan kegiatan ibadah pun terganggu oleh para demonstran yang meneriakkan pengusiran.
Namun minggu lalu, ketegangan akhirnya meledak.
20 pengibadah bertemu dengan 300 anggota garis keras Islam, banyak yang melemparkan sepatu dan botol minuman sebelum bentrok melewati barisan aparat. Aksi pukul memukul pun tak dapat dipungkiri.
"Negara 'kan menjamin hak kita untuk beribadah!" Yudi Pasaribu dari gereja Protestan Batak berujar, berjanji akan kembali setiap Minggu sampai permintaan mereka akan tempat beribadah, yang diajukan lebih dari dua tahun lalu, diterima.
"Dan kami ingin beribadah di properti kami sendiri, di gereja kami sendiri."
Indonesia, negara berpenduduk 237 juta orang ini memiliki lebih banyak Muslim daripada negara lain di dunia. Meskipun toleransi beragama sudah memiliki sejarah panjang, golongan ekstrimis kecil pinggiran telah menjadi lebih vokal di tahun-tahun belakangan.
Mereka juga menjadi lebih merusak, mengusung kekerasan, menurut Institut Perdamaian dan Demokrasi Setara, sebuah kelompok HAM, yang mengatakan sudah ada 28 serangan terhadap kebebasan beragama di tahun 2010, termasuk dari kelompok-kelompok yang mencegah agama lain beribadah sampai membakar rumah-rumah peribadatan.
Institut tersebut mengatakan ada 18 insiden serupa di tahun 2009 dan 17 di tahun 2008.
Meskipun kebanyakan orang Indonesia toleran dan melawan kekerasan, kritik melayang kepada pemerintahan Presiden SBY yang dinilai lambat dalam bertindak karena sangat bergantung pada dukungan partai-partai Islam di parlemen.
Menanggapi perintah pemda setempat, polisi membantu para ekstrimis memaksa menutup sejumlah mesjid milik Ahmadiyah di Manis Lor, sebuah desa di provinsi Jawa Barat.
Namun para anggota Ahmadiyah menolak mundur.
"Kami lelah diusik dan diserang," kata Yati Hidayat, 48, seorang anggota Ahmadiyah. "Kami memiliki hak untuk beribdah seperti agama lain. Jika siapapun yang ingin mencegah kami, kami siap melawan."
Serangan-serangan terakhir kebanyakan dipimpin oleh Front Pembela Islam, alias FPI, yang memaksa penerapan hukum berbasis Islamik di seluruh kawasan Indonesia. [ IRWAN FIRDAUS]
No comments:
Post a Comment